Sang penguasa
pagi telah bertahta di ufuk timur menunjukkan kelihaiannya mengejar sudut-sudut
gelap dibawah naungannya. Prajurit pengiring pun siap berkicau riang di seluruh
pelosok rindangnya pepohonan, setelah sang komandan usai berkokok. Kini giliran
penduduk yang bergegas menuju perapian menyuguhkan secangkir aroma
rempah-rempah kayu secang bercampur sere dan cengkeh. Kaum adam menghambur ke kandang
domba-domba mereka, kecuali mereka tak memiliki domba.
“Isi penuh bak
mandi dulu le untuk mbak Asih mandi.” Suara wanita tua yang nyaris tak
terdengar kepada anak lelakinya.
“Sebentar mak,
aku butuh tenaga dulu untuk menggotong air dari sungai.” Adu Boku sembari
mencari sisa makanan semalam di dapur.
Dug!
“Aduh mak…!
Kenapa emak pukul aku?” Ujar Boku kesakitan setelah tiba-tiba emaknya memukul
punggung Boku dari belakang.Wanita yang
selalu dipanggil emak hanya diam dan menghampiri tungku tanahnya.
“Mak..! Aku
butuh tenaga lah, setiap hari aku harus mengangkut air dari sungai yang jauh
itu dengan perut kelaparan. Aku tak kuat lah mak.” Keluh Boku dengan tangan
meraba-raba isi lemari reot penyimpanan makanan.
“Maaak..! Aku
dapat domba maak.” Teriak Asih dari luar rumah.Wajahnya tampak
gembira meskipun diselimuti wajah yang kusam tak terawat. Tangan kanannya
menggenggam erat tali tambang yang melingkari leher seekor domba kecil.
“Domba dari
mana ini Sih ” Raut emaknya yang muncul dari samping rumah pun berseri-seri
mengagumi domba mungil itu.
“Dari pak
Untung mak, semalam dombanya melahirkan 4ekor Asih dikasih satu. ” Terangnya.
“Mbak Asih?
Kamu curi domba siapa itu?” Celoteh Boku yang muncul dari bibir pintu.
Dug!
“Aduh mak!
Kenapa emak pukul Boku lagi?” Keluhnya kesakitan.
“Cepatlah ambil
air di sungai, mbak Asih sudah mau mandi.” Perintah emaknya lagi.
“Iya mak…”Lirih
Boku dan bergegas mengambil ember lalu berlari keluar.
“Asih mulai
sekarang bisa gembala domba Asih dulu baru bantu mengurus domba pak Untung mak.
Asih mau buat kandang dulu, nanti Boku bantu Asih.” Jelas Asih mengungkapkan
keinginannya.
“Kamu istirahat
dulu aja Sih, nanti emak yang carikan kamu kayu untuk membuat kandangnya di
hutan. sekarang ikat dulu dombanya di pohon kelapa.” Perintah emak lalu
meninggalkan Asih.
“Asih aja yang
cari kayunya mak, Asih minta tolong jagain dombanya ya mak.” Ujar Asih yang
meghentikan langkah emak.
0 Komentar to “Ketika perut dan kamar mandi beradu”