Bukan vampir Cina

  • Digg
  • Del.icio.us
  • Reddit
  • RSS

Aku masih ingat nasehat seorang guru pada muridnya. Nasihatnya di khususkan untuk kami para perempuan. 'Kalau anak perempuan itu jalannya jangan ke kiri ke kanan. Jalan yang lurus biar anggun.' begitu katanya. Biasanya nasihat guru cuman masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Tapi, mungkin karena aku adalah wanita tulen yang menjunjung tinggi asas asas kewanitaan,
eh. I mean, karena aku wanita sejati, maka aku terhanyut dalam nasehatnya.
Walhasil, sampai di rumah aku memikirkan banget-banget petuah sang guru. Sambil makan aku mikir jalan, sambil nyuci aku mikir jalan, sambil tidurpun aku mikir jalan sampai-sampai tiap malam aku nglindur tidur sambil jalan dengan tangan lurus ke depan lalu loncat-loncat. Emangnya aku vampir cina!

Seminggu kemudian.
Aku berjalan menunduk mengamati lantai bermotif bunga-bunga warna hijau tua. Ini namanya tegel, huruf e pertama di baca seperti teh, dan huruf kedua dibaca seperti apel. Jadi tegel adalah campuran teh dan apel.
Selain mengamati motif bunga-bunga di tegel yang indah mempesona, aku juga menghitung hari... Eh menghitung tegel. Tegel yang aku lewati dari aku berjalan sampai tujuan di hitung, nanti di kumulatifkan.
Jadi gini, karena aku memikirkan berjalan lurus maka aku harus berjalan selurus tegel-tegel ini disusun. Aku harus bisa berjalan di setiap tegel tanpa melewati garis tegel satu dengan tegel lainnya.
Coba banyangin, kalo kamu jalan harus lihat lantai dan tidak boleh melewati garis lantainya. Apalagi lantainya berukuran kecil. You'll be crazy soon.
Bulan pertama aku bisa menguasai. Aku bisa berjalan lurus mengikuti tegel-tegel yang tidak pernah bergeser satu centi-pun. Bulan kedua aku mulai bisa berjalan tanpa melihat ke bawah lagi. Berani menatap masa depan yang lebih baik dengan tatapan tajam penuh bara api.
Lalu bulan-bulan selanjutnya aku stress. Coba kau bayangkan! Setiap aku berjalan di rumah hanya memikirkan berjalan lurus berjalan lurus dan berjalan lurus. Tapi hal ini tidak berlaku di sekolah, di mushola, di pasar, atau di alun-alun. Hanya di rumah. Home.
Biasanya anak-anak bahagia pulang ke rumah selepas sekolah. Tapi tidak denganku jika kondisinya menyiksa diri begini. Akhirnya dengan segenap semangat 45 kita songsong hari esok yang lebih baik. Melawan penjajahan dan memperjuangkan harkat martabat kita. Merdeka! *pidato siapa ini?*
Aku mulai menetapkan hati perasaan dan jiwa raga untuk mengacaukan jalan lurus. Aku mulai melenceng ke sana ke mari. Mulai melewati batas. Break your limit!

Dua bulan kemudian.
I'm free! Ye..ye.. Ye ye ye..
Aku terbebas dari kutukan mak lampir. Hihihihihihi.....
Aku bahagia. Aku terbebas dari doktrin jalan lurus. Aku merasa seperti terlahir kembali.
Tapi, rupanya ada efek di balik semua ini. Aku menjadi seorang wanita sejati yang bisa berjalan lurus seperti model catwalk. Hohoho...hoho...
Kaki kiri bisa lurus dengan kaki kanan di depannya saat berjalan. Pantat bisa geal geol. Oh no!

0 Komentar to “Bukan vampir Cina ”

Posting Komentar

Powered By Blogger